Daya ingin tahu Bastian yang besar membuatnya tak pernah melepaskan kesempatan untuk berburu ide dan bahan cerita. Prinsipnya, ide bisa datang kapan dan di mana saja. Baca juga: Bahkan ketika disela-sela tugas dari perusahaan tempatnya bekerja ke luar negeri sekalipun, dia masih sempat mencari ide untuk buku Wiro. Dari perjalanannya ke China, lahir tiga seri Wiro Sableng, Lima Iblis dari Nanking, Pendekar Pedang Akhirat, dan Pendekar dari Gunung Naga. Begitu juga saat Bastian bertugas ke Jepang. Perjalanan tugas ke negeri Sakura pun menghasilkan tiga judul kisah Wiro Sableng; Pendekar dari Gunung Fuji, Ninja Merah, dan Sepasang Manusia Bonsai.
'Kalau pergi ke sana (China dan Jepang) khusus untuk riset saya rasa tidak. Waktu itu tiket ke luar negeri mahal sekali.
Ayah pasti memperhitungkan biaya, apalagi dia juga punya tanggungan keluarga,' kata Vino. Ketekunan Bastian dalam hal riset tak lantas menumpulkan daya imajinasinya. Ratusan karakter baik kawan maupun lawan Wiro Sableng muncul dengan nama-nama unik dari 185 judul novel Wiro Sableng yang sempat tercetak. Belum lagi proses pemberian nama juru-jurus pukulan seperti Kunyuk melempar buah, Orang gila mengebut lalat, pukulan sakti Benteng topan melanda samudera, ilmu Membelah bumi menyedot arwah, dan senjata milik Wiro Sableng serta tokoh-tokoh lainnya. Sadar akan kesulitan yang bakal menimpanya untuk menghapal dan mengingat sebegitu banyaknya nama yang tercipta Bastian membuat katalog khusus. Pernak-pernik tiap-tiap karakter ditulis dengan tangan dalam selembar kertas lepas kemudian disatukan dalam sebuah map.
'Saya sering melihat kalau dia lagi menulis terus lupa nama jurusnya, kamusnya itu dia buka lagi,' kata Vino. Bastian tak cuma menulis novel Wiro Sableng seperti yang banyak dikenal orang.
Saat masih duduk di bangku kuliah, pria yang menurut Vino gemar berpenampilan dendi dan rapi dengan celana model cutbray dipadu dengan sepatu bot mengkilap itu pernah menjadi wartawan di sebuah majalah hiburan bernama Vista. Bastian juga pernah mengisi rubrik khusus di harian Pos Kota. 'Setelah lulus kuliah ayah memilih kerja kantoran dan bahkan sempat mengambil gelar MBA, Master of Business Administration,' ujar Vino. Saat memutuskan kerja kantoran Bastian harus beraktivitas di dua dunia berbeda. Konsekuensinya, ia harus disiplin dalam membagi waktu. Begitu juga dengan membagi perhatian kepada empat orang anaknya.